Dari Kunjungan Ulama Hadramaut, Habib Umar Hafidz Kedekatan Hubungan Indonesia-Yaman
Nama Hadramaut, sebuah wilayah di Yaman Selatan tidak asing bagi bangsa Indonesia. Karena boleh dikata hampir seluruh keturunan Arab di negeri ini berasal dari sana. Orientalis Belanda, LWC van den Berg, dalam buku 'Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara' menyebutkan, mereka sudah berdatangan ke Indonesia sejak abad ke-16. Di samping berdagang, mereka merupakan mubaligh handal. Dengan adanya kapal uap di pertengahan abad ke-19 --pelayaran lebih lancar dan cepat-- para imigran dari Hadramaut ini makin banyak berdatangan ke Nusantara. Sampai menjelang Perang Dunia II, banyak di antara keturunan Arab di Indonesia yang mengirimkan putra-putranya untuk mengenyam pendidikan di Hadramaut.
Setelah lama terhenti, sejak akhir 1980'an dan awal 1990'an ratusan pelajar Indonesia bermukim di Hadramaut. Karena itu tidak heran, kalau pesantren-pesantren di Hadramaut saat ini sebagian besar para santrinya berasal dari Indonesia. Seperti Pondok Pesantren ''Darul Musthofa'' di Tarim, yang dikelola Habib Umar bin Salim bin Hafidz Syaikhbubakar sudah meluluskan tidak kurang 300 pelajar dari Indonesia. Jumlah tersebut dalam tahun-tahun mendatang akan bertambah, karena saat ini terdapat lebih 400 pelajar Indonesia bermukim di pesantrennya di Tarim, Hadramaut. Di samping sekitar 200 santri dari Timur Tengah, Eropa, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, dan Srilangka. Seperti dituturkan Habib Umar kepada //Republika//, pesantrennya itu kini telah memiliki lebih dari 30 cabang yang tersebar di berbagai tempat di Hadramaut, Hijaz, Timur Tengah, dan Indonesia.
Boleh dikata, banyaknya siswa yang belajar ke Hadramaut terjadi ketika berakhirnya pemerintahan komunis di Yaman Selatan. Ayah Habib Umar sendiri, Habib Muhamad bin Salim Hafidz menjadi korban kekejaman komunis. Ayahnya diculik komunis dan hingga kini tidak ada kabar beritanya.
Dalam wawancara dengan //Republika// Habib Umar Hafidz menyatakan kegembiraannya karena di antara para alumnus ''Darul Musthofa'' telah mendirikan berbagai pesantren di Indonesia. Seperti 'Al Fachriyah' di Jakarta, 'Darul Mustofa' di Solo, 'Al-Huda' di Surabya, dan beberapa tempat lainnya. Di samping banyak yang menjadi ulama dan dai yang punya banyak pengikut.
Karenanya, tidak heran ketika Habib Umar Hafidz beserta rombongan berkunjung ke Indonesia selama dua minggu (21/3-3/4), ulama berusia 40 tahun dan rombongan ini 'dihadang' acara yang padat. Ini karena para muridnya di Semarang, Surabaya, Gresik, Pasuruan, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, Manado, Palu, Makassar, dan Balikpapan, mendaulatnya agar memberikan arahan-arahan. Rabu (3/4), Habib Umar dan rombongan berkunjung ke Singapura, Malaysia dan Srilanka.
Bagi Habib Umar, kunjungannya ke Indonesia kali ini adalah yang kelima kalinya. ''Kunjungan saya yang pertama delapan tahun lalu. Selama delapan tahun saya melihat banyak perbaikan umat Islam di Indonesia. Mereka lebih banyak ingin bersatu, dan tidak lagi memunculkan fanatisme kelompok dan golongan,'' katanya.
Melihat antuasiasnya umat Islam di Indonesia terhadap agama, mendorong Habib Umar untuk membuka pesantren kilat dalam waktu dekat di pesantrennya. Kalau biasanya pendidikan di 'Darul Musthofa' berlangsung antara empat hingga enam tahun, pesantren kilat hanya sekitar 5,5 bulan. ''Tapi, saya ingin menyeleksi agar yang ikut nantinya benar-benar akan menjadi mubaligh yang ikhlas terhadap kiprah dan perjuangan agama. Di samping mengikuti jejak para salaf yang memiliki akhlak mulia,'' ujarnya.
Masyarakat Hadramaut, kata Habib Umar, sangat mengenal dan mengikuti kegiatan para ulama Indonesia, terutama yang nenek moyangnya berasal dari Hadramaut. Seperti almarhum Habib Ali Alhabsji, pendiri majelis taklim Kwitang. Bahkan Walisongo juga dikenal di Hadramaut. Karena atas jasa-jasa merekalah Islam tersebar di Indonesia.
Dalam rombongan Habib Umar, terdapat Habib Hasan, munsib (kepala) dari keluarga Syaikh Abubakar di Hadramaut. Juga terdapat mufti Tarim, Habib Ali Masyhur. Juga terdapat seorang mualaf, Jihad Hasyim Brown dari New Jersey, Amerika Serikat, yang menjadi murid Habib Umar. Di Jakarta, pada hari Ahad (31/3) para ulama Hadramaut ini menghadiri haul Habib Syeikh bin Salim bin Syaikh Abubakar, seorang ulama besar Hadramaut yang meninggal pada abad ke-10 Hijriyah. Haul tersebut berlangsung di kediaman Habib Muchsin Alhamid, di Cidodol, Jakarta Barat, dihadiri ribuan umat Islam dari berbagai tempat di Jabotabek.
Selasa (2/4), setelah memberikan arahan di pengajian ibu-ibu, Habib Umar dan rombongan berkunjung ke kantor PB NU di Kramat Raya, Jakarta Pusat. Ketua PB NU, KH Hasyim Muzadi, mengatakan, NU yang menganut paham //ahlus sunnah waljamaah// tidak dapat dipisahkan dari para habaib. ''Karena NU punya kaitan ajaran dengan mereka,'' kata Hasyim Muzadi. Dalam pertemuan satu jam itu, hadir Menteri Agama KH Agil Husain Al Munawar. as
Senin, 22 Desember 2008
* Kunjungan Ulama Hadramaut, Habib Umar Bin Hafidz
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar